Jelajahi keanekaragaman budaya Minahasa dalam satu halaman terpadu.
Warisan Budaya Benda dan Tak Benda Minahasa yang paling banyak dicari.
Tari Sakral
1
Warisan Budaya
2
Warisan Budaya
3
Warisan Budaya
4
Warisan Budaya
5
Seni Tari
6
Warisan Budaya
7
Warisan Budaya
8
Tarian daerah mencerminkan nilai-nilai budaya, keberanian, spiritualitas, serta kebernasamaan masyarakat lokal.
Seni Tari
Maengket adalah tarian tradisional dari suku Minahasa, Sulawesi Utara, yang awalnya merupakan ritual rasa syukur atas panen dan kini digunakan untuk berbagai acara seperti upacara adat dan penyambutan tamu. Tarian ini merupakan gabungan seni tari dan syair yang dimainkan secara massal, terkadang bisa mencapai puluhan penari pria dan wanita, diiringi alat musik tradisional seperti tambur dan kolintang.
Tari Sakral
Tari Kawasaran adalah tarian perang tradisional dari masyarakat Minahasa di Sulawesi Utara, yang melambangkan keberanian, kekuatan, dan semangat para pejuang. Dulu merupakan tarian perang, kini Kawasaran juga dipentaskan untuk menyambut tamu penting, acara adat, dan festival dengan gerakan dinamis yang khas.
Seni Tari
Tari Katrili adalah tarian tradisional Minahasa, Sulawesi Utara, yang merupakan hasil akulturasi budaya Minahasa dengan budaya Eropa, khususnya Portugis dan Spanyol. Tarian ini berpasangan dan awalnya berasal dari tarian lokal yang kemudian dimodifikasi dengan sentuhan Eropa menjadi tarian pergaulan.
Pakaian adat daerah mencerminkan identitas budaya, nilai historis, serta status sosial dalam masyarakat tradisional.
Pakaian Adat
Baju adat Minahasa Karai dan Wuyang adalah pakaian tradisional suku Minahasa. Karai adalah pakaian pria berupa kemeja tanpa lengan atau lengan panjang berwarna hitam dari bahan ijuk, yang mendapat pengaruh Spanyol. Sementara itu, Wuyang adalah pakaian wanita yang terbuat dari kulit kayu dan menyerupai kebaya.
Pakaian Adat
Baju adat Kawasaran Minahasa adalah pakaian perang tradisional yang didominasi warna merah, melambangkan kehidupan dan keberanian. Baju ini memiliki ciri khas seperti kerangka terbuat dari kayu, dilapisi kain tenun pampele, dan dihiasi berbagai ornamen seperti bulu ayam, tanduk sapi, serta tengkorak monyet atau kalung manik-manik yang memiliki makna simbolis.
Waruga, Benteng, dan Cagar Budaya lainnya yang menjadi saksi bisu kejayaan dan adat leluhur Minahasa.
Situs Budaya & Sejarah
Makam Kyai Modjo berada di Kelurahan Wulauan, Kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dan merupakan situs cagar budaya nasional. Lokasi ini merupakan tempat peristirahatan terakhir dari Kyai Muslim Muhamad Halifah, yang diasingkan Belanda ke Tondano pada tahun 1829 dan meninggal di sana pada 20 Desember 1849. Di situs makam ini, terdapat pula makam para pengikut Kyai Modjo dan tokoh lain seperti Ahmad Rifai.
Situs Budaya & Sejarah
Kayu Peniggalan Belanda di Minahsa dapat di temukan pada Benteng Moraya di Tondano, yang sebagian besar struktur utamanya terbuat dari kayu cempaka tua yang merupakan bekas pusat pemerintahan Belanda.
Situs Budaya & Sejarah
Riedel (1798–1860) adalah salah satu dari dua misionaris Jerman pertama (bersama dengan Johann Gottlieb Schwarz) yang tiba di tanah Minahasa pada tahun 1831 dan memainkan peran penting dalam penyebaran agama Kristen di wilayah tersebut. Makamnya sering dikunjungi sebagai bagian dari ziarah sejarah ke situs-situs Kristen di Minahasa.
Situs Budaya & Sejarah
Loji Tondano adalah sebuah bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang berlokasi di Kelurahan Rinegetan, Kecamatan Tondano Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Bangunan ini bukan merupakan hotel atau penginapan, melainkan sebuah situs cagar budaya.
Situs Budaya & Sejarah
Patung ini didedikasikan untuk dua tokoh pejuang Minahasa, yaitu Korengkeng dan Sarapung, yang berperan penting dalam sejarah perjuangan masyarakat setempat. Monumen ini menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di wilayah tersebut, sering dikunjungi untuk mengenang sejarah dan kepahlawanan lokal.
Situs Budaya & Sejarah
Watu Pinawetengan adalah situs megalitikum penting di Minahasa, Sulawesi Utara, yang berfungsi sebagai mezbah ritual dan tempat musyawarah leluhur suku Minahasa di masa lampau. Situs ini sarat akan makna sejarah dan budaya, menjadi simbol asal-usul serta persatuan suku Minahasa.
Situs Budaya & Sejarah
Waruga adalah makam kuno tradisional suku Minahasa di Sulawesi Utara, terbuat dari dua buah batu berbentuk kotak dan segitiga yang digunakan untuk menguburkan jenazah dengan posisi duduk seperti janin. Awalnya digunakan untuk ritual kepercayaan animisme dan dinamisme, kini waruga berfungsi sebagai objek wisata edukasi dan budaya untuk melestarikan peninggalan sejarah megalitikum.
Situs Budaya & Sejarah
Makam ini berada di sebuah kompleks pemakaman yang didesain dengan nuansa Islam dan sering menjadi tujuan wisata sejarah serta ziarah. Tuanku Imam Bonjol wafat di pengasingan di tanah Minahasa pada tanggal 6 November 1864 dan dimakamkan di lokasi tersebut.
Situs Budaya & Sejarah
Benteng ini merupakan saksi bisu perjuangan heroik rakyat Minahasa dalam mempertahankan wilayah mereka dari penjajahan, terutama saat Perang Tondano melawan pasukan kolonial Belanda, Portugis, dan Spanyol.
Musik Tradisional seperti Kolintang, Bambu Melulu, dan Gong Wayer. Jelajahi keindahan suara Minahasa.
Musik Tradisional
Kolintang adalah alat musik tradisional Indonesia yang berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, yang terdiri dari bilah-bilah kayu yang disusun mendatar dan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan tongkat pemukul (mallet).
Musik Tradisional
Musik bambu Minahasa adalah ansambel alat musik tiup yang terbuat dari bambu, dimainkan secara berkelompok, dan merupakan bagian penting dari budaya Minahasa di Sulawesi Utara. Kesenian ini telah ada sejak sekitar tahun 1854.
Koleksi Lagu daerah Minahasa seperti O Ina Ni Keke, Si Patokaan, dan Esa Mokan. Simbol kekeluargaan dan kerinduan.
Lagu Daerah
O Ina Ni Keke adalah lagu daerah dari Sulawesi Utara yang diciptakan oleh R.C. Hadjosubroto. Lagu ini bercerita tentang dialog antara seorang anak dengan ibunya. Sang anak bertanya ke mana ibunya akan pergi, dan ibu menjawab akan ke Manado untuk membeli kue, lalu sang anak meminta ibunya membelikan kue, yang dijawab ibu bahwa uangnya sudah habis.
Lagu Daerah
Si Patokaan adalah sebuah lagu daerah yang sangat populer dan berasal dari Sulawesi Utara, Indonesia. Lagu ini sering dianggap sebagai lagu anak-anak, tetapi makna yang terkandung di dalamnya sangat mendalam, menggambarkan perasaan kasih dan kekhawatiran seorang ibu terhadap anaknya.
Lagu Daerah
Esa Mokan adalah lagu daerah dari Sulawesi Utara, tepatnya dari daerah Minahasa. Lagu ini menceritakan tentang kehidupan cinta sepasang anak muda dan kekhawatiran mereka akan kesetiaan dalam hubungan.